CHAPTER 9
KULIAH DAN INTERVIEW
Aku
mendaftar di Universitas yang terdapat di kota ku, Universitas Sintang Nasional.
Aku memutuskan untuk mengambil jurusan yang sama seperti dulu yaitu jurusan
Manajemen Bisnis.
Aku
berharap aku akan bertemu dengan teman-teman kuliahku yang dulu. Banyak skill
yang bisa ku dapat jika aku tahu dari mana harus mulai mencarinya.
Pendaftaran
berjalan dengan mudah aku langsung melunasi biaya kuliahku hingga 7 semester.
Kali ini aku berniat menyelesaikan kuliahku tepat waktu dan melanjutkan meraih
gelar S2 di Ibu Kota.
Aku
berbicara dengan salah satu dosen yang sedang melayani penerimaan
mahasiswa/mahasiswi baru.
“Jadi
kamu udah ada usaha sendiri kah Aldi?” Tanya Pak Sudiono. Beliau adalah dosen
yang akan mengajar matakuliah berhubungan dengan Keungan. Orangnya memiliki
badan yang tegap dan memiliki suara yang khas. Dulu kami sering mengatakan
matakuliahnya adalah saat yang tepat untuk tidur. Sungguh masa muda yang penuh
dengan kesenangan dunia semata (-_-‘).
“Iya
Pak. Alhamdulillah saya mulai membuat usaha gaming industri. Jadi saya dan
kedua teman saya membuat game dan menjualnya. Untungnya gamenya membuat saya
memiliki peluang untuk membuka usaha kecil saya!”
Mendengar
jawabanku Pak Sudiono tertawa, “Wah hebat juga kamu. Usaha kecil tidak akan
bisa membeli mobil kamu tuh. Saya memang tidak mengerti tentang masalah seperti
game tapi kamu bisa memanfaatkan situasi dan membuat produk yang memuaskan
konsumen hingga kamu bisa sukses saat masih muda!”
Aku
ikut tertawa dengannya. Beliau adalah Dosen Pembimbing Akademikku ketika aku
masuk kuliah. Aku masih ingat ketika aku pergi kerumahnya dia tidak pernah
bersikap keras menyuruh pulang atau menyuruh kami ke rumahnya di tengah malam
seperti Dosen lain jadi beliau cukup disenangi oleh banyak mahasiswa. Aku harap
beliau akan tetap menjadi dosen pembimbingku. Rasanya pasti nostalgia sekali.
“Okelah
kalau begitu saya pulang dulu Pak. Ini buktinya tinggal saya simpan saja kan?”
Aku menanyakan ini sambil ijin pulang.
“Oh
iya. Simpan saja. Takutnya nanti diperlukan. Hati-hati dijalan.” Kami saling
bersalaman dan aku mengendarai mobilku menuju perusahaan. Hari ini aku akan
melakukan persiapan untuk mengadakan interview resmi perusahaan kami. Ada 219
orang yang mendaftar dan setelah memikirkan kebutuhan perusahaan dan melakukan
research tentang perusahaan lain aku memutuskan untuk membuka ruangan hanya
untuk 45 orang yang sesuai. Untungnya aku sudah merekrut tenaga kasar seperti
cleaning servis dan security. Aku menggunakan koneksi salah satu pamanku yang
bekerja menjadi polisi untuk mencari mereka yang bisa bekerja menjaga
perusahaanku. Tentu saja dengan bayaran yang sesuai setelah aku yakin mereka
tidak akan mengkhianati perusahaanku. Ngomong-ngomong tentang sesuai apa
tidaknya seseorang dengan pekerjaan, ‘Sistem apa ada cara aku bisa mengetahui
kecocokkan seseorang untuk bekerja padaku? Aku tidak ingin ada masalah ketika
ada yang tidak cocok dengan pekerjaannnya.’ Aku mencoba bertanya masalah ini
pada Sistem karena ini juga akan menjadi masalah besar jika ada karyawan yang
tidak bisa bekerja. Aku secara tegas akan melawan hal ini. Bahkan jika mereka
keluarga atau teman dekatku aku tidak terlihat lemah. Hal seperti itu hanya
akan menjadi beban dan menurunkan produktivitas perusahaanku.
“HOST
BISA MEMBELI KACAMATA KEBENARAN. DENGAN ITU HOST AKAN MELIHAT STATUS DAN SKILL
MILIK ORANG YANG DILIHAT OLEH HOST!”
‘Huh?
Ada alat seperti itu? Kenapa kau tidak pernah memberitahuku selama ini kalau
begitu?’ Aku merasa terkejut mendengar sistem memiliki sesuatu yang sangat
berguna seperti itu.
“HOST
BISA MEMBELINYA DENGAN HARGA 5.000.000 POINT. APA HOST BERNIAT MEMBELINYA?”
‘Ada
berapa uang dan pointku sekarang? Aku tidak pernah mengeceknya sebelum ini
karena aku yakin aku masih memiliki uang lebih dari cukup untuk kehidupan
sehari-hari.’ Tanyaku pada Sistem.
“UANG HOST SAAT INI ADALAH 41.310.103.000
RUPIAH DAN POINT SISTEM HOST ADALAH 8.000.000.”
‘Aku
memang terlalu boros. Uangku yang 100 Miliar terkuras dengan cepat begitu saja.
Ketika kau memiliki uang menghabiskannya memang mudah. Sistem Konfirmasi
Membeli Kacamata Kebenaran!’
“TERKONFIRMASI”
Dengan
begitu di depanku sebuah kacamata muncul. Terlihat seperti kacamata biasa
bagiku.
“Apa
ini akan bisa berguna?”
“HOST
TENANG SAJA. KACAMATA ITU AKAN MEMBANTU HOST DALAM MEREKRUT PERSONIL YANG HOST
BUTUHKAN UNTUK MEMBANGUN PERUSAHAAN MILIK HOST!”
‘Sebelum
aku lupa tolong sumbangkan 2 miliar ke beberapa tempat yang membutuhkannya!
Melakukan sesuatu yang baik adalah kewajiban kita sebagai umat manusia!’
“BAIK
HOST”
Aku
mencoba memakainya. Rasanya agak sedikit aneh. Sebelumnya dengan bantuan sistem
aku tidak memerlukan kacamata lagi untuk melihat karena aku ingat aku memiliki
penyakit rabun jauh. Tapi ketika aku menggunakan kacamata itu aku melihat ada
fitur seperti smart glass ada fitur sentuh dan gambar mikrophone. Aku jadi
teringat dengan Iron-Man yang memberikan Smart Glasses Edith ke Spider-Man.
‘Bagaimana
cara mengaktifkannya?’ Aku bertanya pada Sistem.
“HOST
HANYA PERLU MENGUCAPKAN KATA ‘AKTIF’ KEMUDIAN MELIHAT SESEORANG YANG INGIN HOST
LIHAT POTENSINYA’ Jelas Sistem
‘Well
itu cukup mudah. Aku akan menggunakannya besok kalau begitu. Terima kasih
Sistem’
“SAMA-SAMA
HOST” Jawab Sistem
Sekarang
yang aku perlukan adalah seorang asisten. Perginya Shela ketika aku ingin
membuka perusahaanku membuat aku tersadar betapa besarnya tanggungjawab yang
harus aku pikul untuk membangunnya. Aku hanya memberi perintah ke Shela dan dia
melakukannya tanpa terlihat kesulitan. Mungkin aku akan mengirmnya sedikit
kompensasi.
Aku memutuskan mengirmkannya 10 Juta tambahan dengan total gajinya selama dia membantu beberapa bulan terakhir.
“Halo
Paman?” Aku menghubungi Pamanku untuk meminta bantuan mencari seseorang yang
bisa menjadi sekretaris baruku.
“Oh
Aldi. Ada apa? Perlu bantuan?” Tanyanya dari ujung telpon
“Aku
lagi perlu asisten baru! Paman tahu kan kalau asisten lamaku Dini sudah
berhenti karena dia mau kuliah di luar kota? Jadi aku butuh asisten baru untuk
meringankan kerjaanku.” Jelasku padanya di telpon. Tidak ada jawaban apapun
dari seberang sana hingga dia berbicara kembali.
“Gimana
kalau anak teman Paman? kebetulan dia baru saja lulus kuliah jurusan
administrasi bisnis dan masih muda.”
“Ya
aku sih tidak masalah apa dia masih muda apa sudah tua. Selama dia mampu
membantuku aku akan menerimanya. Bisa tolong beritahu dia untuk datang ke
kantorku sekarang. Karena besok akan ada interview jadi aku sedang
mempersiapkan berkas yang kuperlukan untuk interview.” Kemudian aku mendengar
suara pamanku sedang mengobrol dengan seseorang.
“Oke,
udah Paman kasih tahu ke teman Paman! Dia akan sampai di sana sebentar lagi!”
“Oke,
thanks Man”
“Iya.”
Kemudian aku mematikan telponnya dan kembali melihat berkas ditanganku.
Aku
sudah menyiapkan pertanyaan yang akan kutanyakan untuk interview besok. Dan
dengan bantuan Kacamata Kebenaran aku bisa melihat kecocokkan mereka bekerja
untukku atau tidak.
Ketika
aku sedang menyimpan dokumenku aku mendengar suara langkah kaki. Tidak lama
kemudian ada suara ketukan dari luar pintuku,
“Masuk!”
Ucapku. Seorang wanita cantik masuk. Kulitnya putih. Tidak terlalu tinggi dan
tidak terlalu pendek. Tubuhnya langsing. Gaya berpakaiannya membuat dia tampak
sangat anggun.
“Uhm?”
“Saya
Rani!” Dia memperkenalkan dirinya ketika aku masih terpesona dengan
keanggunannya. Dia adalah orang pertama yang membuatku merasa salting seperti
ini.
“Oh.
Aku Aldi. Pemimpin Perusahaan GEMAR. Ada yang bisa saya bantu?” Aku duduk
kembali di kursiku dan mempersilahkan dia duduk di kursi yang ada di depanku.
Dia hanya tersenyum melihat tingkahku.
“Saya
tahu. Saya disuruh untuk menghadap anda tentang menjadi sekretaris anda oleh
Pak Tadi!” Jelasnya.
“Oh,
Baiklah. Bisa tunjukkan resumemu.” Pintaku padanya. Dia menyerahkan map dari
dalam tasnya. Aku membuka dan membaca resumenya. Lulus dari Universitas
Nasional Indonesia. Memiliki nilai yang bagus. Kualifikasi yang mendukung. Dan
rekomendasi dari Universitas.
Aku
melihatnya dan bertanya, “Jadi apa yang membuatmu ingin bekerja padaku?
Lagipula ini masih merupakan perusahaan baru. Dibandingkan dengan perusahaan
besar. Mungkin kamu bisa diterima disana?” Aku mencoba mencari alasan kenapa
dia mau bekerja padaku. Tidak bisa asal main terima saja hanya karena pamanku
yang merekomendasikannya.
“Pak
Aldi. Bisa saya panggil anda Pak Aldi?” Tanyanya sebelum melanjutkan
jawabannya. “Panggil saja aku Aldi. Aku masih muda jangan panggil Pak ketika
tidak dalam kondisi formal.” Balasku padanya.
“Aldi kalau begitu. Saya yakin anda sudah tahu bagaimana dunia bekerja. Anda
membangun perusahaan di saat anda masih muda jadi saya yakin anda tahu
bagaimana dunia bekerja. Mahasiswi baru lulus jarang mendapat pekerjaan yang
sesuai dengan kualifikasi mereka. Kecuali mereka mau menggunakan cara kotor.”
Aku sedikit malu mendengarkannya blak-blakkan mengatakan hal itu. Aku paham
maksudnya. Aku sangat paham >_<
“Tapi
kenapa aku harus menerimamu?” Tantangku. Aku tidak mau menerima seseorang
karena mereka berpikir aku masih muda dan mudah dimanfaatkan.
“Karena
saya bisa membantu anda. Saya tidak akan melakukan hal kotor untuk meraih
posisi tinggi. Saya tidak akan tergoda dengan perusahaan lain. Dan yang paling
penting adalah saya tidak akan mengkhianati anda!” Ucapnya penuh dengan
keyakinan.
‘Ho!
Sistem ambil kacamata kebenaran dan letakkan di laci meja!’
“PERINTAH
DILAKSANAKAN. KACAMATA KEBENARAN SUDAH BERADA DALAM LACI NOMOR 1”
Aku
mengambil kacamata dan memakainya. Rani mengangkat alis heran kenapa aku
memakai kacamata hitam di dalam ruangan.
‘Aktif’
RANI
WIDIANTI
STATUS
KEKUATAN
: 5,8
KECERDASAN
: 8
KEBIJAKSANAAN
: 10
KARISMA
: 9
KEBERUNTUNGAN
: 7”
SKILL
BAHASA
NEGOSIASI
KEPEMIMPINAN
“Baiklah.
Kapan kamu bisa mulai bekerja?” Setelah memperhatikan skill yang dimilikinya
dan status yang beberapa ada diatas rata-rata manusia biasa aku positif dia
bisa berguna untukku.
Dia
mengangguk, “Saya siap bekerja sekarang!” Ucapnya dengan tegas.
“Baiklah.
Kamu bisa bekerja mulai besok. Tolong datang jam 7 pagi besok. Dan pelajari
berkas ini. Aku akan membutuhkanmu untuk membantuku melakukan interview besok.
Apa aku bisa mengandalkanmu?” Tanyaku padanya
Dia
mengangguk dan mengatakan, “Saya siap!” Aku menyerahkan dokumen yang perlu dia
pelajari untuk besok. Kami berbicara hingga tanpa terasa hari sudah mulai
malam.
Aku
melihat jam di handphoneku ketika bunyi alarm menunjukkan jam 6 malam.
“Hm?
Sudah jam 6. Rani kamu menggunakan apa untuk datang kesini?” Aku bertanya
padanya.
“Saya
menggunakan taksi Pak!” Jawabnya.
“Well,
sudah kubilang ketika tidak formal panggil saja aku Aldi. Aku masih muda.
Bagaimana jika aku mengantarmu pulang? Kebetulan aku juga ingin pulang
sekarang.” Tawarku kepadanya.
“Apa
tidak masalah anda mengantarkan saya Aldi?” Dia mulai berbicara dengan biasa
denganku.
“Tidak
masalah. Apa kamu lapar?” Aku bertanya padanya.
“Kita
akan makan malam di tempat langganan saya. Tentu saja jika kamu tidak
keberatan!” Dia tersenyum dan menjawab. “Jika anda tidak keberatan saya akan
mengikuti anda. Aldi!”
Kami
pergi dan makan bersama kemudian aku mengantarkannya pulang. Kami berbicara
tentang kehidupan pribadi kami. Karena dia akan menjadi asisten pribadiku dia
akan terus berada disampingku selama bekerja jadi aku berusaha membuatnya agar
tidak terlalu kaku denganku. Kami juga saling bertukar kontak informasi seperti
INSTAGRAM, FB dan BBM untuk memudahkan kami saling menghubungi.
Aku
mendengar keluh kesahnya ketika kami berbicara. Rupanya dia sudah mencoba untuk
mendaftar menjadi pegawai di perusahaan besar. Tapi karena ketatnya persaingan
dia tidak diterima. Malahan dia hampir dipanggil ke hotel oleh salah satu
pimpinan perusahaan dimana dia menolak dan akhirnya tidak diterima di
perusahaan tersebut.
Heh,
perusahaan besar memang sombong. Dan buta memang. Mereka tidak bisa melihat
bakat sepertiku ini. Ahahaha.
Setelah
mengantarnya pulang yang ternyata rumahnya berada di Aksaya aku pergi
mengunjungi rumah nenekku dan bersilahturahmi sebelum pulang kerumah.
Keesokan
harinya aku datang dengan jas pagi-pagi sekali ke perusahaanku. Acara interview
akan dimulai jam 9 pagi. Ketika aku datang di kantor hanya ada 10 orang
security yang baru berganti shift dengan security tugas malam.
“Pak
Aldi! Selamat pagi pak!” Sapa mereka padaku.
Aku
mengangguk pada mereka dan mengatakan, “Pagi!” kemudian aku masuk ke dalam perusahaanku.
Menuju ruanganku aku duduk dan merilekskan badanku.
Hanya
ada security dan aku yang berada dalam kantor ini sekarang. Haydar mengatakan
padaku bahwa dia ingin bermain di kantor tadi malam jadi aku membiarkannya. Aku
menjelaskan padanya untuk tidak terlalu sering melakukan hal ini takutnya dia
akan sakit dan tidak bisa bekerja besok harinya.
Berbicara
dengan Haydar mengingatkanku saat aku
pergi mengantar Putra dan Dini beberapa minggu yang lalu ke bandara kami saling
meminta maaf atas kesalahan kami selama ini dan berharap bisa bekerja sama
dimasa depan. Aku memberikan mereka gaji mereka selama bekerja padaku dan
mereka mengucapkan terima kasih padaku.
Ketika
aku mengingat hal-hal yang terjadi selama kehidupan baruku ini Rani
menghubungiku,
“Aldi.
Saya sudah akan berangkat kesana. Maaf saya baru bisa menjawab panggilan anda
tadi!” Aku bisa membayangkan dia membungkukan kepalanya sambil meminta maaf
padaku dan membuatku sedikit tertawa.
“Ahahaha.
Tidak apa-apa. Lagipula aku memintamu berada disini jam 7 pagi. Dan sekarang
baru jam 6. Saya akan menunggu kamu kalau begitu.” Ucapku kemudian aku
mematikan telponnya ketika dia bilang sedang dalam perjalanan.
Beberapa
saat kemudian Rani datang menggunakan pakaian yang formal. Kami saling
berbicara sambil menghabiskan waktu membahas tentang proses pelaksanaan
interview hari ini. Kami memutuskan untuk membagi waktu interview dan
melakukannya dengan waktu singkat 5-10 menit satu orang. Aku menjelaskan kita
tidak perlu banyak waktu untuk hal ini dikarenakan aku sudah membaca resume
mereka dan hanya akan menanyakan pertanyaan inti yang akan menentukan apa
mereka bisa masuk atau tidak. Rani merasa khawatir dengan pemikiranku dan
mencoba membuatku berubah pikiran tapi aku menenangkannya dengan penjelasan yang
kujelaskan tadi. Aku memberinya contoh salah satu peserta yang akan ku
interview hari ini. Dia akhirnya yakin dengan caraku.
Padahal
sejujurnya aku memang sudah membaca resume pelamar kerja yang akan interview
hari ini tetapi aku tidak terlalu memperdulikannya dan hanya akan menggunakan
kacamata kebenaran. Aku menyeting kacamata ini untuk langsung menunjukkan skill
yang dibutuhkan perusahaan ini. Jika mereka memilikinya aku akan menerima
mereka dan jika tidak. Well, sedikit konsolasi kopi dan cemilan bukan hal yang
besar. Lagipula aku menyediakan makanan selama proses interview jadi mereka
tidak akan kelaparan.
Akhirnya
kami memulai acara interview jam 9 tepat. Sudah mulai berkumpulan para peserta
sebanyak 80-an orang. Aku memutuskan untuk mengeliminasi mereka yang tidak
datang tepat waktu. Kemudian menutup pintu perusahaan selama proses interview
agar tidak ada gangguan dari luar dengan penjagaan 10 security diluar dan 10 security di dalam.
Satu
persatu aku menyuruh Rani memanggil orang untuk masuk ke dalam perusahaan. Ada
beberapa yang kurang ajar denganku dan Rani karena kami masih muda aku
memerintahkan mereka untuk dikeluarkan oleh security. Ada juga orang yang
terlihat sempurna tapi tidak cocok dengan pekerjaan yang dia inginkan. Aku
terpaksa menolaknya untuk saat ini.
Tapi
yang mencolok dari mereka semua bagiku adalah seorang pria berumur 40 tahunan.
Yang membuat orang ini sangat mencolok bagiku adalah... aku mengenal orang ini
dari memori masa depan. Dekat. Aku menggelengkan kepalaku untuk meredakan amarahku. 'Itu belum terjadi. Dan tidak akan terjadi.'
“Handoko Rudianto. 46 tahun. Pekerjaan terakhir seorang karyawan biasa di perusahaan
teknologi. Jadi kenapa anda ingin bekerja di tempat ini? Ini perusahaan pembuat
game. Sedikit berbeda dengan perusahaan pembuat teknologi. Sedikit tapi ada
perbedaan. Jelaskan kepadaku. Kenapa aku harus memperkerjakanmu?” Tanyaku pada
orang di depanku ini. Dia adalah ayah dari Risa. Yang berarti dia dulunya
adalah ayah mertuaku. Aku menarik dan mengeluarkan nafasku. Aku masih bisa
membayangkan Risa terakhir kali kami bertemu. Bertemu dengan ayahnya membuatku
mengingat hal yang tidak perlu huh.
“Saya
hanya pekerja biasa di Perusahaan Isekai. Perusahaan luar negeri yang berasal
dari Jepang. Ketika saya masih muda saya sangat menyukai video game. Jadi
ketika saya di PHK karena kebijakan baru perusahaan lama saya melihat iklan bahwa
ada perusahaan baru yang membuka pekerjaan untuk siapa saja yang memiliki
skill. Saya memiliki skill yang dibutuhkan perusahaan ini. Saya bisa membantu
anda untuk membangun perusahaan ini. Saya siap untuk di tes demi memajukan
perusahaan ini!” Ucapnya membuatku terdiam beberapa saat.
Perusahaan
Isekai tempat ayah Risa bekerja mengalami masalah di tahun 2016 dan membuat
perusahaan tersebut tutup di Indonesia. Akhirnya membuat ayah Risa dan semua
pegawai yang di PHK kehilangan pekerjaan mereka. Ayah Risa akhirnya membuat
usaha cafe yang cukup lancar dan berkembang menjadi bisnis yang besar dan bisa
membangun situasi ekonomi keluarganya.
Aku
menggunakan kacamata padanya,
HANDOKO RUDIANTO
SKILL
KEPEMIMPINAN
: LEVEL MAX
MARKETING
: LEVEL MAX
NEGOSIASI
: LEVEL MAX
Kemudian
aku tertawa keras, “AHAHAHAHAHA!” Rani melihatku dengan pandangan khawatir aku
mulai sakit jiwa. Dan Trisno melihatku dengan khawatir takut aku menolaknya.
“You know? I like you. Apapun yang telah
dia lakukan padaku tidak bisa merubah pemikiranku tentangmu. Oke. Saya bisa
terima kamu. Dan kamu bisa mulai bekerja minggu depan sebagai kepala tim
marketing. Bagaimana menurutmu?”
Handoko kemudian langsung tersenyum mendengar jawabanku dan menjawab, “Terima kasih
sudah memberikan saya kesempatan untuk membuktikan diri saya kepada anda. Saya
janji anda tidak akan menyesalinya.” Kemudian kami berdua berjabat tangan.
Secara
keseluruhan kami tidak mampu untuk menginterview seharian penuh dan memutuskan
untuk melanjutkannya besok.
Pada
akhirnya aku berhasil memenuhi total pekerja yang dibutuhkan untuk perusahaan
ini. Dan memutuskan untuk membuat mereka berada dibawah kepemimpinan
orang-orang yang kupilih.
6
orang bagian Marketing dengan dikepalai Handoko.
6
orang bagian Programing dengan dikepalai pemuda bernama Satria.
6
orang bagian Art dengan dikepalai pemuda bernama Randi.
7
orang bagian Keuangan dengan dikepalai pria bernama Adit.
5
orang bagian Konsep dan Pengembangan Game dikepalai oleh Haydar.
5
orang bagian Voicing dikepalai wanita bernama Sarah.
5
orang bagian Tester dikepalai oleh pemuda bernama Adi.
5
Orang bagian Pelayanan bertugas dari urusan TU dan Pelayanan yang melapor
langsung ke Rani
Tentu
saja semua kecuali Haydar, Adit dan Randi adalah seorang Sarjana dan memiliki
gelar Magister dengan bidang sesuai pekerjaan mereka. Dan tentu saja mereka
semua melapor padaku.
Comments
Post a Comment