Sekali lagi ini hanya fiksi dan bukan kenyataan. Tokoh nyata di cerita ini hanya aku dan kedua temanku Putra dan Haydar. Tokoh seperti Rani, Risa, Dini, Rin dan + orang-orang lainnya hanya imajinasiku. Mereka tidak berdasarkan orang nyata di kehidupanku. Mereka hanya imajinasi yang aku buat untuk keberlangsungan cerita ini.
CHAPTER 11
IBUKOTA DAN TAMPIL DI TV SERTA HUBUNGAN BARU
Aku
berangkat menggunakan pesawat menuju ibukota bersama Rani. Tidak lupa
sebelumnya aku menyuruh Rani memesan kamar hotel untuk kami berdua. Tentu saja
kamar kami terpisah. Seperti yang Rani katakan dia tidak berniat macam-macam
denganku. Dan aku bisa menghormati hal itu. Aku mengagumi tekat seperti itu
darinya.
Sesampai
di hotel kami langsung check-in dan pergi berjalan-jalan di ibukota.
Pemandangannya sangat ramai. Lebih ramai dari Kota Sin. Aku bersyukur kota Sin
tidak seramai ibukota. Jadi aku tidak pernah tersiksa macet atau sebagainya.
Kami
berjalan berdua tiba-tiba ada seorang preman mendekati kami ketika kami berada
di taman yang sepi.
“Kamu
kemana cantik?” Godanya ke Rani. Rani menunjukan wajah berani.
“Bukan
urusan kalian.” Beberapa preman sudah mengelilingi kami.
“Jangan
gitulah cantik. Yuk main sama abang.” Godanya.
“Hei
hei. Hentikan. Aku yakin kalian tidak ingin melakukan ini. Tolong pergi.”
Ucapku.
Tapi
salah seorang preman mencoba meninjuku. Aku dengan reflek yang sudah ku asah
membanting orang itu.
“WOY,
BERANI BENAR LO YA. RASAIN NIH.” Gila nih orang, dia menyembunyikan pisau di
celana dalamnya.
“SYUSSHH”
Dia berusaha mengenaiki.
“WOY
PEGANG NIH BOCAH.” Perintahnya pada anak buahnya.
Kelima
anak buahnya termasuk yang tadi kubanting menangkapku dan membiarkan bos mereka
meninjuku. Aku yang merasa jengkel liburanku diganggu oleh preman sialan
seperti mereka mulai melawan.
Aku
melepaskan cengkramanku dari mereka. Memukul satu persatu dari mereka hingga
mereka pingsan.
“Go!” Perintahku padanya sambil menginjak
pisau yang tadi dia arahkan padaku. Dia berlari ketakutan. Kami meninggalkan
mereka dan kembali ke hotel.
Rani
sedikit terguncang melihat aku di tinju oleh preman itu. Dia mencoba menolongku
tapi dia malah hanya bisa diam. Dia mengobatiku dengan obat yang dibawa
olehnya.
“Tidak
apa-apa. Ini bukan masalah besar.”
“Aku
minta maaf aku tidak bisa membantumu Aldi. Maafkan aku.” Dia mulai menangis
merasa bersalah karena tidak bisa membantuku.
“Tidak
apa-apa.” Aku menenangkannya. Dengan bantuan sistem lukaku akan sembuh besok
dan aku bisa melanjutkan liburan kami.
Aku menenangkan dirinya dan memeluknya. “Aku tidak apa-apa kamu dengar.”
Wow,
aku bisa mencium wangi rambutnya.
“Aku
tidak apa-apa.” Aku meraba rambut panjangnya.
“Ehm.”
Aku bisa melihat dia merona karena aku memeluknya. Ini pertama kalinya
dia melihatku berani melakukan hal ini. Biasanya aku hanya menggandeng
tangannya.
“Rani.
Aku mencintaimu. Apa kamu mau memulai hubungan denganku?” Aku memagang
tangannya dan menatap matanya.
Aku
mencium Rani dan dia tidak melawanku sama sekali.
“Aku
mencintaimu!” Aku mendengar suara lirih balasan dari Rani. Kami berciuman
dengan mesra. Tapi aku menahan diriku. Dan tidak memaksa lebih dari itu ketika
dia mengatakan dengan lembut, ‘Jangan. Aku belum siap.’ Aku mengangguk. Dan
kami berbaring bersama di kasur hotel ruanganku tanpa melakukan apa-apa.
“Jadi?”
Aku mencoba membuka pembicaraan dengannya sambil tersenyum menghadapnya.
“Hm?”
Dia hanya menatap balikku dengan wajah penuh tanya.
“Kita
pacaran sekarang?” Tanyaku sambil tersenyum.
“Kita
pacaran.” Konfirmasinya. Aku kembali menciumnya dengan lembut.
“Bos
dan sekretaris menjalin hubungan. Seperti di sinema saja.” Candaku padanya. Dia
hanya tertawa lembut mendengar candaanku.
“Yeah.
Jadi kamu harus lebih rajin untuk bekerja. Biar gak ngerepotin aku terus.”
Ucapnya dengan tersenyum. Aku hanya memikirkan betapa indahnya senyuman yang
dia miliki.
“Of course.” Balasku padanya.
Rani
kembali ke kamarnya ketika malam tiba. Kami makan malam di hotel bersama. Kami
berbicara tentang apa yang akan kami lakukan selama disini selain bekerja. Kami
akan pergi membeli oleh-oleh untuk keluarga kami. Aku ingin membeli handphone
baru untuk Rani dan mengatakan dia bisa memilih model apapun yang dia suka.
Awalnya dia tidak ingin memilih tapi setelah aku memaksa akhirnya dia mau
mengambil yang sesuai untuknya menurutku.
Aku
juga membelikannya pakaian, tas dan aksesoris terbaik untuk digunakan olehnya.
Dia ingin menolak hadiahku tapi aku tidak memberikannya kesempatan ketika aku
sudah membayar semuanya. Aku hanya tersenyum dan mengatakan aku ingin
memberikannya semua yang terbaik.
Ngomong-ngomong
tentang yang terbaik, ‘Sistem. Apa kau memiliki sesuatu yang bisa kugunakan
untuk melindungi Rani?’
“HOST
BISA MEMBERIKANNYA SATU BUAH SUPER PIL. MANUSIA YANG TIDAK MEMILIKI SISTEM HANYA
BISA MENGKONSUMSI SATU JENIS SUPER PIL. SISTEM MENYARANKAN HOST MEMBERIKAN
SUPER PIL KEKUATAN. DENGAN BEGITU KEKASIH HOST TIDAK AKAN MUDAH DISERANG OLEH
MANUSIA BIASA. TAPI HOST BISA MEMBELI PIL BIASA YANG MENINGKAT STATUS 1 POINT
DAN MEMBERIKANNYA KE ORANG LAIN SETELAH MEREKA MEMAKAN SUPER PIL.”
‘Super
Pil? Apa itu bisa dilakukan? Kalau begitu belikan 1 Super Pil kekuatan untuk
Rani dan Untukku. Sudah saatnya aku meningkatkan kekuatanku lagi. Juga belikan
Super Pil 2 untuk kekuatan dan 2 untuk kecerdasan.’
“KONFIRMASI.
3 SUPER PIL KEKUATAN DAN 2 SUPER PIL KECERDASAN.”
Aku
langsung memakan pil itu dan mengecek statusku.
STATUS
KEKUATAN
: 48,3
KECERDASAN
: 38,2
KEBIJAKSANAAN
: 20,8
KARISMA
: 21,2
KEBERUNTUNGAN
: 11
Aku
memasukan pil ini ke makanan Rani ketika kami makan siang ketika dia tidak
memperhatikannya. Setelah dari restoran dia mengatakan kepadaku dia merasa kuat
untuk suatu alasan. Aku hanya tersenyum dan mengatakan mungkin itu hanya
pikirannya. Kami hanya bermain sepanjang hari dan kembali ke hotel kami.
Keesokan
harinya kami menuju ke stasiun tv Merah Putih dan melakukan interview.
Aku
disambut oleh Host dari acara hari itu yang bernama Anton.
“Jadi
Anda Pak Aldi? Masih muda rupanya ya.” Ucapnya membuat kami saling tertawa.
“Saya
memang muda Pak, tapi biar muda saya bisa membuat penghasilan miliaran dalam
sebulan. Ahahaha. Panggil Aldi aja. Jangan panggil Pak. Masih muda saya.”
Ucapku kepadanya dan dia ikut tertawa denganku.
“Jadi
anda masih 18 tahun sekarang?”
“Iya
saya masih 18 tahun. 26 Juli Tahun depan baru saya 19 Tahun.”
“Masih
muda banget tapi udah sukses anda ya. Anda tinggal di Kota Sin kan? Itu kalau
gak salah di Kalbar ya?”
“Iya,
di Kalbar. Di sana pernah masuk tv juga kalau gak salah ada batu terbesar di
dunia. Bukit Kelam.” Aku memberikan promosi kota tercintaku pada seluruh
penonton.
“Jadi
motivasi anda membuat game ini apa? Dan bagaimana bisa hingga anda bisa
menghasilkan miliaran dari game anda dan bisa membuka perusahaan di usia yang
masih muda ini. Jika kami hitung-hitung sebelum membuka perusahaan anda di SMA
sudah menghasilkan miliaran ya?” Aku hanya tertawa mendengarnya.
“Saya
kebetulan waktu itu masih kelas 3 SMA ada nonton video di MyTube.com dan saya
melihat mereka memainkan game Clash of Village. Saya berpikir. Game ini bisa
menghasilkan uang miliaran kenapa kita tidak mencoba membuatnya. Jadi saya
melakukan riset bagaimana caranya membuat game dan jadilah game pertama saya Wonder
of Kingdom. Awalnya saya mau buat game ini percobaan aja dan gratis. Tapi
setelah saya pikirkan baik-baik saya memasang harga 5000 rupiah untuk game
pertama saya ini. Dibagikan dengan websitenya jadi saya mendapat 3500
perdownload. Dan gak tahunya ternyata game saya ini banyak yang download. Dari
situ saya mikir gimana kalau saya bikin game aja. Bisnis membuat game itu kan
industri yang belum terlalu dipahami banyak orang walaupun udah 2015 awal saya
buat game. Jadi saya mengambil kesempatan dan mulai membuat game. Setelah itu
saya bersama teman-teman saya, Haydar dan Putra. Haydar masih kerja sama saya
dan Putra pergi ke Ibukota untuk masuk kuliah Arsitektur.” Jelasku padanya.
“Tapi
ini game cerita, suara dan gambar sama lainnya kalian aja yang bikin? Soalnya
kalau saya dengar lagu nada backgroundnya belum pernah dan kami gak nemuin yang
sama nadanya dengan game kalian!” Tanyanya padaku penasaran.
“Iya,
gambar saya serahkan ke Putra karena gambar bukan keahlian saya. Kalau suara
kami buat sama-sama pakai kebetulan ada gitar sama piano di rumah dan drumnya
kami mainkan di lantai dengan bekas kaleng susu dan program diurus oleh saya
dan Haydar.” Jelasku lagi.
“Kamu
sudah punya pacar?” Candanya
“Udah.
Hahaha.” Aku menjawab sambil tertawa.
“Oh sudah. Ada disini pacarnya Ger?” Tanya Anton
Rani dipanggil ke panggung dan diminta
memperkenalkan dirinya.
Kami
melanjutkan pembicaraan ini di depan selama 2 jam. Dan ketika dia memintaku
untuk memberi pesan pada pengusaha muda aku dengan senang hati mengucapkan
pesanku,
“Jadi
untuk teman-teman yang mau memulai usaha saya mendukung sekali ya. Karena kan
di Indonesia ini pemikirannya masih sedikit yang berani membuka usaha sendiri
daripada bekerja di Pemerintahan. Baik-baik saja sih kalau kita bekerja di
Pemerintahan tapi kan kalau kita memiliki bisnis kita sendiri kita juga bisa
belajar caranya membangun bisnis itu seperti apa. Kalau gagal juga jangan cepat
putus asa mungkin saja kan rezeki kita bukan di bisnis itu dan ada di tempat
lain. Sekian dari saya. Terima kasih Pak Anton atas waktunya untuk mengundang
saya disini. Semoga stasiun tv Merah Putih terus maju dan memberikan informasi
terbaru untuk menambahkan wawasan penonton sekalian. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.”
Aku menjabat tangan dengan Anton dan seluruh kru stasiun TV Merah Putih dan
pulang dengan Rani ke hotel kami.
Hari
terakhir kami di ibukota kami hanya berjalan-jalan mengelilingi ibukota dan
melihat pemandangan. Aku juga menghubungi Putra dan Dini untuk pergi bersama.
“Jadi
gimana kuliah kalian lancar?” Tanyaku pada mereka berdua. Putra menjawab dengan
semangat bahwa kehidupannya lancar apalagi dengan uang yang masih dimilikinya
dia tidak mengalami masalah keuangan selama di ibukota. Sedangkan Dini terlihat murung untuk suatu alasan.
“Kenapa
Din?”
“Gak
kenapa-kenapa.” Jawabnya dengan nada yang ku tahu adalah nada kesalnya. Rani duduk
disampingku dan aku menggandeng tangannya di atas meja.
“Kamu
gimana di ibukota? Ada masalah?” Tanyaku dengan ramah padanya. Aku sangat
tertolong ketika dia menjadi sekretarisku. Aku akan membantunya tanpa ragu jika
dia memiliki masalah.
“Tidak
ada apa-apa. Kamu sendiri gimana?”
“Life is good. Untukku setidaknya
begitu.”
“Ohya
ini Rani sekretaris baruku. Dia juga kekasihku.” Ucapku sambil menceritakan
hubunganku dengan Rani bahwa dia adalah asisten baruku dan kami jadian beberapa
hari yang lalu. Rani hanya tersenyum mendengarku memperkenalkannya ke teman ku
yang membantuku memulai usaha membuat game.
Kami
hanya membicarakan tentang hal-hal yang biasa setelah hal itu. Aku berhasil
menghilangkan wajah cemberut Dini ketika mengajak mereka untuk menemani kami
belanja. Aku membeli pakaian untuk Dini dan aksesoris yang diinginkannya.
Tidak enak dengan Rani aku juga membelikan barang-barang yang aku pikir dia
perlukan. Pakaian. Sepatu. Tas. Laptop. Handphone. Dan aksesoris. Dan mereka
berdua terlihat senang apa yang kuberikan. Walaupun aku bisa melihat seperti
ada api di mata Dini dan Rani. Huh, persaingan dua orang yang menjadi
sekretarisku.
Kami
memutuskan kembali ke hotel dan mengemas barang bawaan kami. Putra dan Dini ikut membantu kami dan akan pergi bersama kami ke bandara untuk pulang. Karena hari
sudah menunjukkan pukul 10 malam aku tidak tega menyuruh mereka pulang dan
akhirnya Shela tidur bersama dengan Rani dan aku tidur satu ruangan dengan Putra.
Kami
memutuskan akan berangkat besok siang. Tapi ketika aku tahu Putra dan Dini sudah libur semester lebih dulu aku mengajak mereka pulang bersama-sama ketika mereka setuju jadi aku langsung memesan tiket untuk mereka pulang bersama kami.
Aku
mencium Rani sebelum dia kembali ke kamarnya. Aku bisa melihat hal ini membuat
Dini marah untuk beberapa alasan. Aku tidak buta dan akan mengatakan kalau aku
tidak menyadari perasaan Dini. Kebersamaan kami selama ini sudah berhasil
membangkitkan perasaannya padaku. Tapi aku tidak mungkin mengkhianati Rani. Aku
sudah mengetahui bagaimana rasa sakit dikhianati itu. Aku tidak ingin menjadi
orang yang memberi rasa sakit itu pada seseorang terutama Rani atau Dini.
Bahkan pada Risa yang memberikan rasa sakit ini padaku jika aku bertemu
dengannya lagi dan menjalin hubungan lagi yang aku ragu akan melakukannya.
Pengkhianatan
Risa membuatku menjadi bitter hingga
aku mati di umur tuaku. Aku hanya memiliki perasaan negatif selama 30-an tahun
setelah kami berpisah. Aku sudah memaafkannyaya. Tapi aku juga sadar aku tidak bisa terus seperti ini. Hingga akhirnya ketika aku kembali. Aku memaafkannya. Setelah kembali ke masa lalu aku mulai berpikir.
Mungkin akulah yang salah sehingga Risa selingkuh. Orang bilang pasangan
selingkuh karena pasangan mereka tidak memuaskan bagi mereka. Baik itu urusan
di rumah dan urusan keuangan atau masalah lainnya. Apa yang sudah terjadi. Aku sudah memaafkannya. Puluhan tahun adalah waktu yang lebih dari cukup untuk aku mengikhlaskan semuanya. Dan aku ingin memulai hidup baru dengan kesempatanku yang kedua ini.
Aku
di masa depan tidaklah seperti aku yang sudah berubah ini. Badanku masih gendut
walaupun tidak sampai obesitas. Aku tidak memiliki wajah yang tampan tapi aku
tidak sejelek itu. Setidaknya itulah yang ku yakini. Aku memang tidak cerdas
tapi aku bukan seorang idiot. Kondisi keuangan memang terkadang tidak menentu
tapi aku selalu bisa mencukupi kebutuhan kami.
Tapi
kini semuanya sudah berubah. Aku memiliki perusahaanku sendiri. Aku memiliki
penghasilan yang besar. Wajahku berubah menjadi tampan. Fisikku menjadi lebih
kuat. Aku menjadi lebih pintar.
Aku memperhatikan Rani sebelum aku menyatakan cintaku padanya. Aku jatuh cinta padanya setelah beberapa bulan dia bekerja padaku. Walau dia sering mengeluh karena mengerjakan pekerjaan tambahan dariku tapi dia selalu disisiku. Meski dia bisa mengambil keuntungan dariku tapi dia tidak pernah melakukan hal yang seperti itu. Semangatnya, senyumannya. Semua itu membuatku merasa hidup. Membuat aku mau maju. Membuat aku berpikir aku sudah memiliki seseorang yang tidak akan meninggalkanku lagi.
Ketika aku melihat dia khawatir aku
terluka. Padahal preman kacangan seperti mereka tidak memberi pengaruh padaku. Aku merasa tersentuh. Aku merasa senang. Bahwa aku sudah menemukan orang-orang yang peduli padaku lagi di kesempatan kedua ini.
Aku
sempat memikirkan jika Rani meninggalkanku beberapa hari yang lalu ketika aku
menyuruhnya aku akan menganggap aku tidak memiliki potensi bersama dengannya.
Tapi ketika dia mencoba melawan preman itu saat dia tidak memiliki kekuatan
yang besar aku menjadi tersentuh dan berpikir, ‘Inilah wanita yang ingin
kuhabiskan hidup dengannya.’
Aku
tidak menyesal ketika aku menyatakan cintaku. Apalagi ketika dia menerimanya. Aku merasa senang dengan perasaan cinta yang sudah lama tidak kurasakan. Jenis perasaan cinta yang dulu pernah aku dapatkan dari Risa.
Disisi
lain Rani dan Dini sedang berbaring di kasur mereka.
“Hei.
Mau bicara sebentar?” Rani mencoba memulai pembicaraan antara mereka berdua.
“Apa
kamu sudah tertidur?” Tanya Rani tapi ternyata Dini belum tertidur sama
sekali.
“Jadi
kamu asisten lamanya Aldi?” Tanya Rani sambil berbaring menghadap langit.
“Hmph.”
Balas Dini dan menghadap ke arah berbalik dari Rani.
“Kamu
daritadi bersikap dingin ke aku dan memandang kesal ke tangan kami ketika kami
bergandengan.” Tapi Dini tidak membalas Rani
“What? You jealous he confess to me?”
Tanya Rani dengan senyum ke arah Dini.
“Aku
sudah mengenalnya sejak kecil. Dia tidak mungkin serius denganmu.” Ucap Dini dengan dingin.
“He.
Tidak serius. Walaupun kami sudah tidur bersama?” Pancing Rani. Ketika Dini menunjukkan emosinya Rani hanya tersenyum dan melanjutkannya. Dia merasa bosan
dan tidak bisa tertidur jadi memutuskan untuk berbicara dengan teman Aldi. Tapi
ketika dia daritadi diacuhkan membuat Rani sedikit kesal.
“Apa
kamu memiliki perasaan ke Aldi?” Tanya Rani dengan santai.
"Kalau iya kenapa? Kamu memiliki masalah dengan itu?”
Balas Dini.
“Tidak.
Aku tidak memiliki masalah sama sekali dengan hal seperti itu. Anehnya.
Biasanya aku akan kesal jika kekasihku memiliki orang lain yang mencintainya.
Tapi aku tidak merasa kesal sama sekali. Aku merasa senang. Aku merasa spesial.
Ketika dia menyatakan cintanya padaku aku berpikir itu hanya sebuah ruse of the moment dan ketika semua itu
berakhir kami akan kembali seperti biasa. Hubungan formal waktu kerja. Dan
sebagai teman ketika sedang berlibur atau hanya berdua dirumah dan diluar. Aku
bahkan awalnya tidak yakin dengannya. Maksudku dia masih muda tapi berani
membuka perusahaannya sendiri dengan modal yang dihasilkannya sendiri. Biayanya
tidak murah aku tahu itu. Tapi dia membuktikan dirinya sebagai pengusaha yang
hebat. Dan seorang teman yang selalu bisa diandalkan. Jadi aku merasa spesial.
Aku merasa sangat spesial ketika dia menyatakan cintanya padaku.”
Dini melihat Rani ketika dia mengatakan hal ini.
“You know? I don’t hate you. It's just, i love him. I love him more than anyone.
Why didn’t he choose me? Did he hate me or something? Am I Ugly? Am I Stupid?”
“Hei,
mau mencoba berbagi Aldi denganku?” Ucap Rani dengan wajah serius.
“Aku
tidak ingin berbagi. Aku ingin menjadi yang spesial. Aku ingin menjadi yang
terpilih. Aku sudah melakukan banyak hal buruk padanya di masa lalu. Aku
meninggalkannya seperti yang lainnya ketika dia membutuhkanku. Aku ingin
menebusnya dengan bersamanya.”
“Hm.
Mungkin kamu sebenarnya gak mencintainya. Kamu hanya merasa bersalah.”
“Hmph.
Bukannya kamu yang tidak memiliki perasaan padanya. Kamu menawarkan membaginya
denganku. Apa kamu meragukannya akan selingkuh darimu bahkan ketika dia baru
menyatakan cintanya padamu?” Tantang Dini
Rani
menunjukkan wajah tidak senang. “No. I
love him. Aku akan selalu setia dengannya. Tapi ada sesuatu yang membuatku
berpikir dia akan terus menarik perhatian. Wajahnya. Uangnya. Kebaikannya. Dan
Karismanya. Hal itu akan menarik perhatian yang tidak dibutuhkan. Apalagi dia
pasti akan di dekati oleh banyak wanita yang cantik. Tapi entah kenapa aku
merasa itu tidak masalah. Selama dia bisa memberikan perhatian padaku aku tidak
masalah. Setidaknya itulah yang kupikirkan.”
“Aku
akan memikirkannya.” Tanpa menjawab lebih banyak Dini memutuskan untuk tidur.
Rani hanya memikirkan kembali kata-katanya tadi. Hal itu datang seperti
tiba-tiba baginya. Dia tidak ingin berbagi tapi dia tidak memiliki masalah jika
Aldi bisa memberinya perhatian yang banyak dan tidak mengabaikannya. Dia tidak
ingin di abaikan oleh Aldi. Dan pikiran untuk membagi Aldi dengan wanita lain
selama dia memberi perhatian yang banyak padanya membuatnya bisa menerima hal
itu.
Ada
sesuatu yang mendorongnya untuk memiliki pemikiran seperti ini. Dia adalah
Sistem. Tujuan utama dari Sistem adalah membantu hostnya yang terpilih kali
ini, Aldi Rifqi. Sistem sudah membantu Aldi untuk memperbaiki kondisi fisik dan
keuangannya. Yang tersisa adalah kondisi mentalnya. Dan menurut Sistem hal ini
sebaiknya di bantu oleh wanita yang akan setia padanya dan tidak akan
meninggalkannya.
Comments
Post a Comment