Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dengan senang hati saya menyatakan bahwa Iruna adalah milik Asobimo.inc dan saya hanya membuat fanfiction dari game kesukaan saya tersebut.
Dengan senang hati saya menyatakan bahwa Iruna adalah milik Asobimo.inc dan saya hanya membuat fanfiction dari game kesukaan saya tersebut.
Chapter
2 : Menuju Pusat Kota dan Persiapan Memasuki Dungeon Pertama.
Geral
POV.
Bergegas
dengan berlari aku menuju pusat kota yang tengah ramai mencari temanku.
Samar-samar aku mendengar pembicaraan tentang dunia ini dari para player lain
yang tengah saling berbicara atau ada juga player yang bertanya pada NPC dan GM
di tengah kota.setelah kurang lebih 15 menit aku mencari, aku menemukan sosok
yang tak asing bagiku. Sosok berpakaian hijau dengan busur panah di pundaknya.
‘Tidak salah lagi, itu dia’ gumamku pelan. Menghampirinya aku memelankan langkah kakiku dan berjalan menghampiRaraya.
“Hoi,
Putra! Apa ini benar-benar kau?”tanyaku padanya dia memalingkan wajahnya padaku
dan tiba-tiba info player milik Putra bisa ku lihat.
[Status Player]
[Nama : Putra]
[Kelas : High Wizard]
[Level : 300]
[Pangkat : Ketua Guild HUSH]
Bisa
ku lihat dia memandangku dengan tidak percaya sepertiku.
“Geral,
Kau Geral?”Tanyanya sambil mengguncang pundakku.
“Ya,
tentu saja ini aku. Tidak mungkin ada orang lain seganteng aku, ahahha”Tawaku
mencairkan suasana.
“Apa
kau juga mendapat E-mail dari GGM Geral?”Tanya Putra padaku.
Melihat
sekeliling banyak para Player yang masih syok, aku mendudukan diriku di kursi
disampinya, dan menjawab pertanyaan Putra dengan mengangguk.
“Sepertinya
para Player disini adalah mereka yang memilih [YA] dalam pesan itu. Kenapa aku bisa sebodoh ini tidak mencurigai
isi pesan itu”Ucapku lirih. Putra memegang pundakku dan sedikit mencengkramnya.
“Ini
bukan hanya kau Geral, tapi kita semua yang ada disini. Ohya, apa kau ingin
ikut ke guildku? Maksudku masuk ke guildku”Tanya Putra padaku. Aku
menggelengkan kepalaku.
“Untuk
saat ini aku pikir lebih ingin solo. Aku ingin mengejar hingga level 300 untuk
mendapat teknik bayangan.”Jawabku padanya. Dia kelihatan khawatir padaku.
“Tidak
usah menghawatirkanku begitu. Aku akan pergi ke Dungeon Forgetten Cave, karena
itu yang paling dekat dari sini, aku akan menaikkan level ku menjadi 300
disana. Lagipula aku hanya perlu 2 level lagi”Ucapku padanya.
“Kau
gila sendirian masuk ke Dungeon. Aku akan ikut bersamamu masuk kesana, aku yakin
Rika juga akan ikut masuk kesana. Dan beberapa tambahan dari guildku”Ucapnya
padaku.
Aku
memandanginya dan bertanya “Apa kau benar-benar yakin akan ikut denganku
Putra?”Tanyaku padanya. Dia hanya membalas dengan anggukan mantap
Guildnya
masih tergolong baru, jadi aku tidak mengetahui jumlah anggotanya dengan pasti.
Tapi melihat kemampuan bertarung dan berpikirnya dia pasti tidak main-main
dalam memilih anggotanya.
“Guildku
memiliki pasukan 20 orang saat ini, aku rasa itu cukup”ucapnya padaku. Aku berdiri
dari bangku dan memandangnya “Kita berkumpul disini lagi jam 7 malam, aku akan
mencari senjata baru dan menjual beberapa barangku di kota ini”ucapku padanya
dibalas anggukannya. Aku pergi meninggalkannya dan menuju pusat kota mencari
perlengkapan.
Saat
ini aku sedang memeriksa statusku.
[Status Player]
[Nama : Geral]
[Kelas : Ultimite Knight]
[Level : 298]
[Pangkat : - ]
Memeriksa
perlengkapanku, ada banyak sekali yang bisa kujual kebetulan ada NPC yang
menerima penjualan dari Player di dekatku dan akupun menghampiRaraya.
“Maaf
tuan, aku ingin menjual beberapa barang? Apa anda ingin memebelinya?”Tanyaku
dengan sopan, NPC itu tersenyum sopan dan mengangguk padaku.
“Ya,
aku menerima penjualan dari para Adventure. Anda sopan sekali anak muda untuk
ukuran para Adventure (Aku membatin’ sepertinya memang sudah ada Player yang
sewenang-wenang pada NPC’. Silakan saya akan membeli barang-barang anda
sekarang” ucap NPC itu padaku.
Kemudian
aku membuka menu perlengkapanku dan memilih menu ‘Shell Item’. NPC itu tersenyum
padaku dan mengucapkan “Terima Kasih Anak muda.ini uangmu (Menyerahkan 500.000
ribu spina padaku) mungkin tidak seberapa tapi terima lah”ucapnya. Aku pun
menyimpan uang itu ke dalam menu itemku. Akupun pergi meninggalkan NPC itu
menuju toko senjata “Make All Weapon”.
Memasuki ke dalam aku melihat penjaga
NPC berdiri di kasir dan bertanya padaku.
“Apa
anda ingin membeli senjata disini, Adventure?”Tanyanya dengan nada datar.
Sambil
mengangguk aku mengatakan “Ya, aku sedang mencari pedang khusus apa kau memilikinya?”Tanyaku
padanya.
“Jelaskan
sekhusus apa pedang yang anda inginkan?”Tanya NPC itu.
Aku
menyerahkan batu mineral High Mitryl yang ku simpan di Storage Merchant
kepadanya yang kudapatkan dari item yang dulu adalah hadiah quest.
“Aku
ingin kau membuatnya dengan batu ini! Apakah kau bisa melakukannya?”Tanyaku
padanya menanyakan kesanggupannya.
“Hm,
rupanya begitu. Itu adalah batu mineral khusus. Baiklah aku akan membuatnya
untukmu. Akan memakan waktu sampai 3 jam, karena ini jam 3 sore. Maka kau boleh
mengambilnya jam 6 nanti, Adventure” dengan wajah yang datar dia menyuruhku
keluar. Aku memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar kota. Melihat ke depan
gerbang kota aku melihat sesuatu yang tidak bagus. Menghampirinya aku
berteriak pada mereka.
“HEI
BAJINGAN TENGIK, APA YANG SEDANG KALIAN LAKUKAN PADA ANAK ITU HAH?”teriakku
pada mereka yang mengelilingi anak itu. Kemudian mereka melihatku lalu tertawa.
“Hah,
siapa kau bocah? Jangan ber-Buakkhh” belum selesai dia mengucapkan kalimatnya
aku menancapkan pisau adventure knife ke dadanya dan kemudian dia hilang
menjadi partikel cahaya di udara menuju pusat kota.
Teriakan
lainnya terdengar,
“ADA
APA INI?” ucap sosok itu, aku melihat kebelakang ternyata seperti yang kuduga
dia adalah Putra.
“HAH,
sampah lainnya datang”ucap yang lain.
Aku
menahan badann Putra. Dan berkata “Biar aku yang selesaikan”ucapku
Menyiapkan
MP-ku aku mengeluarkan teknikku.
[Berseker]
dengan tingkat Strengh yang kutingkatkan maksimal aku menggunakan pedang besar
milikku yang lama dan menyerang yang lainnya hingga hanya tersisa 1 orang. “Kau
ingin mati atau lari, bajingan?”tanyaku padanya. Dengan segera dia berlari
menuju pusat kota.
Aku
melihat ke Putra dan bertanya “Kenapa kau bisa ada disini?”Tanyaku padanya.
“Aku
mencarimu untuk mengatakan bahwa guildku akan dibagi menjadi 4 tim, kau akan
ikut dengan timku. Masing-masing tim ada 5 anggota.”Ucapnya padaku dan aku
mengangguk mengerti atas penjelasannya. Kemudian melihat anak perempuan disitu.
“Kau
boleh pergi sekarang bocah! Mereka sudah kami habisi!”ucapku pada bocah itu.
Tapi dia tak kunjung pergi. Dia menatapku dan mengucapkan.
“Terima
kasih Tuan”ucapnya.
“Namaku
Geral dan ini temanku Putra”ucapku ramah.
“Namaku
Rara, salam kenal Tuan Geral, Tuan Putra”ucapnya tersenyum memperkenalkan diri.
Setelah
kami berkenalan Rara mengikuti aku dan Putra,
“Jadi,
Rara. Kenapa kau mengikuti kami?”tanyaku padanya heran.
“Aku
pikir tuan salah paham, aku tidak mengikuti tuan Putra tapi hanya mengikuti
tuan Geral?”jawabnya riang dan menggandeng tangan kiriku.
Menatap
heran aku bertanya kembali padanya. “Kenapa kok kamu mengikutiku?”Tanya ku
padanya.
Menatap balik padaku dan melihat pada Putra kemudian kembali
melihatku.
“Aku
ingin menjadi lebih kuat makanya aku ingin jadi pengikut tuan Geral”Ucapnya
semangat. Mendengar jawaban itu aku menjadi tersenyum kikuk dan membalas “Aku
ini baru level 298 apa kau tidak salah memilihku?”
Dia
menggeleng, “Mmm, mmm, Rara akan selalu
mengikuti tuan Geral”
“Kalau
begitu kurasa tidak masalah” Ucapku setelah menghela nafas. Melihat jam
ternyata sudah jam 6.
“Sudah
jam 6 ya. Putra ayo ikut aku ke [Make All Weapon] aku ingin mengambil senjata
pesananku, kau juga ikut Rara”ucapku pada mereka.
“Yaya,
setelah itu kita akan ke markas guildku”jawab Putra. Dan Rara hanya mengangguk
mengiyakan ajakanku.
Sampai
disana aku membayar 30.000 spina. Dan menamainya [Aqua] karena di kedua sisinya
bisa mengeluarkan elemen air mirip dengan yang dimilki oleh bos Hydra dari
Istana Penjaga 4 elemen di dekat Sofya.
Menuju
markas guild HUSH kami pun mempersiapkan perlengkapan untuk pergi leveling.
---
Nah sekian dari saya. Silahkan tunggu update minggu depan ya. Insya Allah kali ini saya lanjutkan sampai tuntas.
Comments
Post a Comment